Permata (✿◠‿◠). Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Utarakan segalanya dengan sederhana, tiap-tiap tempat ada kata-katanya yang tepat.
dan pada setiap kata ada tempatnya yang tepat.
Bagaimana bisa memaksakan sebuah ketenangan sedang kisah masih berceceran dimana-mana.
Aku ingin menemukan waktu dimana ketika aku sedang merasa tidak baik-baik saja, cukup pelukanmu yang menenangkanku..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Untuk sabar yang tiada henti

Seperti ini seperti saat ini, tak berniat mengindahkan apapun itu.. ini untuk sebuah titik terang tapi semoga suatu saat aku bisa menggenggamnya selalu *terus* tanpa padam untuk orang yang tepat disaat yang tepat.

Seadanya untuk setiap senyum yang hadir untuk setiap tawa yang tiada henti untuk setiap pengertian yang hampir tak pernah absen, untuk setiap keyakinan yang semakin kuat,
so thank you so much..

|| Hai hati?
Apa aku terlalu lama menyapamu?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hati yang masih berserakan

Ketika yang terbaca hanya
“butuh bersandar”

Ketika itu hanya sebuah
“kerinduan kenyamanan”

Bagaimana kusisihkan saja rasa dihatiku.. Mari..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ˆ⌣ˆ MEMILIH ? atau MEYAKINI?

(✿◠‿◠) Pernah baca tulisan bang Darwis yg ini? (kayaknya udah deh)
entah kenapa a** tertarik,, 
Mana yang lebih dulu, "memilih" lantas "meyakini" atau "meyakini" lantas "memilih"? Lazimnya, rumus yang berlaku adalah "meyakini" baru kemudian "memilih". Beli baju baru misalnya, kita yakin dulu kalau ini baju paling pas, paling baik, lantas baru dipilih, untuk kemudian dibeli. Atau mau nyari tempat makan, contoh berikutnya, diyakini dulu kalau tempat makan itu paling enak, kata teman memang direkomendasikan, kata internet memang maknyus, sudah yakin, barulah kita memilih, pergi kesana.
 Kalian juga merasa begitu bukan?
Ini rumus baku sekali dalam logika kita semua. Yakini dulu, baru pilihlah. Meyakini lebih banyak dibagian depan, sebelum proses memilih. Tapi ketahuilah, rumus ini akan berbeda dalam kasus pernikahan, mencari jodoh. Tanyakanlah ke orang tua kalian, kakek-nenek kalian yang sudah menikah berpuluh tahun lamanya. Maka apakah mereka "meyakini" dulu, baru "memilih" pasangannya sekarang? berbeda dalam kasus pernikahan.. Apakah mereka meyakini dulu baru kemudian menikah? Jawabannya tidak. "Meyakini" ternyata lebih banyak di bagian belakangnya.
 Nah lho? (́_̀) iya begitulah..
Karena memang begitulah pernikahan, kita "memilih" seseorang, untuk kemudian percaya dan "meyakini"-nya selama-lamanya bahwa itu pilihan terbaik bagi kita. Tidak seperti beli baju, yang kalau ternyata tidak suka lagi, bisa dibuang, cari yang baru. Atau tidak juga seperti tempat makan, kecewa, ternyata tidak seenak yang disangka, kotor tempatnya, bergegas pindah, besok-besok tidak mau datang lagi. Pernikahan tidak seperti itu. Kita "memilih" untuk kemudian "meyakini-nya" selama-lamanya. Implikasi meyakini setelah pilihan tersebutlah yang sangat serius. Pernikahan itu tidak bisa cuti, tidak bisa istirahat kayak main bola. Dan bagi pasangan yg sudah menikah 50 tahun misalnya, bayangkan, selama itu pula dia bangun pagi eh ketemu dia lagi, dia lagi. Makan, ngobrol, dsbgnya, eh dia lagi, dia lagi. Bagaimana kalau bosan? Mau dibilang apa, eh dia lagi, dia lagi. 
Jadi sekarang, jika kita ditanya tentang pernikahan, mana yang lebih dulu, "memilih" lantas "meyakini" atau "meyakini" lantas "memilih"? Semoga kalian (a** juga) bisa memikirkannya sekarang. 
нªª˘°˘нªª˘°˘нªª˘°˘ masak iya mau bilang eh dia lagi, dia lagi sama suami/istri kalian nanti (termasuk juga a**) Hei kamu ... calon imamku, iya kamu ... biarkan aku penasaran diantara hati yang slalu datang dan pergi. Dengan hembusan angin yang akan membawa cerita berbeda dan lebih indah di esok hari, diiringi do'a yang terbaik untukmu slalu. See you (✿◠‿◠)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Good Idea



Banyak sekali orang yang berusaha meyakinkan sebuah urusan di hati orang lain. Mematut-matut apakah orang lain akan bilang iya, sependapat kepada kita, serius sekali mencari cara agar orang lain menghargai apa yang sedang kita kerjakan.
Buat apa?

Bukankah keyakinan itu tidak ada di hati orang lain, melainkan di hati kita sendiri. Jangan terbalik memahaminya. Karena jika berjuta orang  bilang "oke" tetap kita sendiri yang tahu persis "oke" sungguhan atau tidak. Kedamaian, kebahagiaan itu ada di hati kita. Sesederhana itu (Darwis Tere Liye)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS